Hidup memang penuh arti Ada perjuangan untuk pribadi Ada perjuangan untuk bangsa dan Perjuangan untuk sebuah masa depan negara Disini aku melangkah dengan perjuanganku Disini aku bebas walau ada batas Disini aku jalani kehidupan untuk sementara Disini dan disini........

Puisi

Kita dua yang tersisah di Papua.

Kita Berdua adalah Anak kecil, Manusia Melanesia
Manusia Bumi Cendrawasih Papua.
Kita Berdua, walau hanyalah Berumur belia
Tapi  ingin berbagi cerita tentang perjalanan kehidupan manusia Melanesia.

Kita Berdua tahu bahwa kita tidak akan mencapai umur seperti dalam rahim ibu
Namun sebagai manusia Melanesia tidak ada yg dapat membantu kita berdua  
Dari datangnya Ancaman,Tekanan, Derita, Penindasan,
Terror, Penyiksaan, Pemerkosaan, dan Pembunuhan
Yang diperbuat oleh TNI/POLRI diatas Tanah kami Tanah Papua Melanesia

jikalau Kita berdua tahu bahwa kita berdua akan meninggal segera
Bila memang manusia Melanesia tidak menghantarkan kita berdua
Karena, hingga ke titik puncak perjuangan kebebasan di Bumi Cendrawasi ini
Tapi bagaimana?

Apakah mereka akan datang pada malam hari
Ketika kita berdua berbaring diatas tempat tidur
Dan menghancurkan Kekayaan Alam kami dan rumah kami?
Apakah manusia Melanesia membiarkan kita berdua
Dengan kehidupan  Penderitaan seperti ini?
Mereka akan berkata bahwa umur panjang kalian hanya omong kosong
Atau akankah manusia Melanesia mengerti akan penderitaan ini
Misalnya akan membawa kami berdua dari tekanan dan penindasan dan lainnya
Ke titik puncak perjuangan menuju kebebasan dan kedamaian
Kita berdua tahu pada suatu saat nanti
kita tak akan dapat kembali bersama-sama
Kami akan berpisah dengan mereka
Untuk selama-lamanya dan bebas dari tekanan
Dan penindasan diatas Alam kami Bumi Cendrawasih Papua Melanesia
 Ini sesuai dengan Kehendak dan Rencana Tuhan.

Ayah kita berdua,Ibu kita berdua dan manusia Melanesia
Kebanyakan sudah ditindas, dibunuh habis-habis oleh TNI/POLRI
Sambil mereka merampas-rampas hasil Kekayaan Alam kami
Di Bumi Cendrawasih yang Tuhan berikan
Untuk kami mengolah sendiri.
Namun, Kita berdua hanya menjumpai cerita yang lain
Jenazah yang berlumuran darah
Manusia Papua melanesia tak akan dapat hidup kembali dari kematian
Dan melawan TNI/POLTI bersama-sama
kita dua dan hanya kamilah yang tersisah di Bumi Cendrawasih ini.
Kalau kakak-kakak manusia Melanesia tidak Membawa kita berdua  
Ke titik puncak perjuangan kebebasan tubuh mungil kita berdua
Akan beristirahat di makam kecil kita berdua untuk selama-lamanya
Setiap hari,kita berdua duduk menatap arah matahari
Dan bertanya kepada matahari
Dengan hati yang penuh dengan derita,sedih dan sakit
Kapankah kebenaran itu bersinar?
Semuanya ini berakhir sambil menunggu Ayah,Ibu
Dan saudara-saudari manusia Melanesia
Yang sudah tiada di Bumi Cendrawasih ini
Untuk pulang kembali ke Bumi Cendrawasih
Tetapi saat kita berdua menatap matahari itu,
Dia juga selalu mengatakan kepada kita berdua
Dengan suara yang nyaring lembut
Bahwa Ayah,Ibu dan saudara-saudari Manusia Melanesia
Yang sudah terlebih dahulu meninggalkan Bumi Cendrawasih ini
Bahwa mereka tidak akan kembali
Tetapi mereka menuju ke tempat yang indah
Itu disana mereka akan menjadi Malaikat-malaikat
Karena mereka meninggalkan Bumi Cendrawasih itu diatas Kebenaran
Mereka selalu mengatakan kepada kita berdua pula
Agar tak takut akan Gelombang waktu menuju pembebasan
Dalam Perjuang Kebebasan yang penuh Damai
Karena kami berdua adalah Manusia  Melanesia selamanya
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua asal Meepago 
 
 
 __________________________________________________________________________________

JERITAN ANAK NEGERI

Oleh: Antipmen  Delka *)
 
Harga diri tak di hargai
Perhatian kini tiada
Hanya jeritan tangis  dimana-mana.         
Ku tak sanggup melihat        
Dan mendengar tangisan anak negeriku
Karena hitam kulit tak dihargai         
Walau  Hitam kulit bukan kegelapan
Tetapi fajar timur yang terang
Menerangi Negeri Surga ku Papua dan seluruh dunia
*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago 
 
 
__________________________________________________________________________________
 
 
 

Harum Negeri Papua luntur

Oleh: Nopias Delka *)
Sore itu langit tampak cerah  bersinar
Angin bertiup  utara ke selatan
Membuat  sore kota itu menjadi segar
Nanyian riang  air terdengar meraung
Kumpulan ombak kecil menyatu menuju daratan
Deretan gunung  terbentang melintasi kota
Yang membuat kota itu indah
Sungai  jernih mengalir membawa emas bagi dunia
Suasana kota itu tak tampak
Dan kini  semakin menyuram,
Emas dan harta kekayaan alam lainnya menjadi milik orang
Dulu kangkung bisa ambil
 Dipinggir jalan tepi
Sekarang kangung hanya bisa beli di tokoh
Guru matematika jadi pemain togel
Siapa yang mendidik anak-anak?
Siapa lagi yang akan membangun negeri ini?
Yang punya siapakah sebenarnya negeri ini?
Zamanpun semakin berkembang,
Budayapun semakin hilang tenggelam,
Dalam lautan pasifik,
Akankah ia kembali lagi?,
Eloknya negeriku,
Tampak indah dan permai.
Namun, emas dan uranium tampak sepih
Entah kemana?
Harum dan wanginya kembang-merembang kemana-mana,
Tapi rumah milik emas, menjadi sepih
Itulah tumbuhnya sejuta harapan,
Disanalah kuterukir
terlunturnya diri
Itulah negeriku papua, yang kusayangi
*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago
 
__________________________________________________________________________________
 
 
 

REVOLUSI PAPUA
[Diary Papua]

Aku bergerak pagi ini
Kudapati kabar
Yahukimo lapar
55 telah kau ambil dariku

Aku bergerak pagi ini
Kudapati berita
Puncak Jaya masih berduka
97 dimakamkan tanpa nisan

Aku bergerak pagi ini
Kudengar cerita kawan
Digul memanggil Libo Oka

Lelah aku dengar Jeritan itu
Lelah kubaca kabar itu
Terpekik tapi tertahan
REVOLUSI!

Aku Bangkit Setiap 100 Tahun
Ketika Rakyat Bergerak!
Aku bangkit bersama Rakyat
Ketika Rakyat Bersatu
Senandungkan Nyanyian Jiwa
"Hai, Tanah-ku Papua!"

Port Numbay,
Fri, 9 Dec 2005 18:04:55

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentarnya sesuai dengan isi berita yang anda lihat dan baca..?

 
Support : Coretan | Anak Negeri | Boy_Yatipai
Copyright © 2011. Coretanku - CoretanKu
Template Created by Creating Blog Coretan Published by Mas Template
Coretan Anak Negeri West Papua