Makna Kematian Kristus
Kematian Kristus di Kayu Salib dan
kebangkitan-Nya adalah demonstrasi kasih Allah atas umat manusia dan kuasa-Nya
atas dosa dan maut. Kasih Allah dinyatakan lewat pengorbanan Putra Allah yang
memikul dosa seisi dunia sehingga menyediakan jalan pendamaian bagi manusia
kepada Allah.
Kematian
Kristus adalah kematian yang menggantikan hukuman yang seharusnya manusia
terima karena dosa-dosanya. Manusia yang percaya kepada Kristus kini tidak lagi
menerima hukuman, melainkan menerima anugerah pengampunan dosa. Salib menjadi
lambang pengampunan yang sempurna karena Kristus telah membayar utang dosa
secara tuntas di atas-Nya.
Oleh darah
Kristus yang telah dicurahkan demi pengampunan dosa, manusia yang percaya
kepada karya salib ini boleh dengan berani berkata, "Aku sudah diampuni.
Allah tidak lagi melihat aku sebagai orang berdosa. Terpujilah nama
Tuhan!"
Kebangkitan
Kristus menyatakan bahwa kuasa dosa dan maut yang membelenggu manusia telah
dipatahkan, sekali untuk selama-lamanya. Dosa dan maut tidak lagi memiliki
kuasa untuk memperbudak manusia. Kubur yang kosong membuktikan bahwa orang yang
percaya kepada Kristus mengalami pembebasan dari belenggu dosa.
Sama
seperti karya Kristus di salib menyebabkan manusia bisa berkata "darah-Nya
menyucikan aku", kebangkitan Kristus menyebabkan setiap orang percaya
boleh dengan keyakinan penuh berkata, "Puji Tuhan hidupku sekarang bukan
aku lagi, melainkan Kristus yang hidup dalamku." (Galatia 2:20a)
Namun,
kasih kayu salib dan kuasa kebangkitan Kristus tidak hanya berhenti pada
pengampunan dosa dan pembebasan dari belenggu dosa, tetapi juga menjaminkan
pemeliharaan- Nya atas orang percaya secara terus-menerus. Kristus yang bangkit
hadir dalam rupa kehadiran Roh Kudus di dalam hati setiap orang percaya.
Itu
sebabnya, selepas kebangkitan, kita merayakan kenaikan Kristus ke surga, lalu
hari Pentakosta, yaitu kedatangan Roh Kudus untuk memimpin umat Tuhan. Roh
Kudus mengingatkan kita akan semua pengajaran Kristus dan karya yang sudah
dilakukan-Nya dengan sempurna.
Setiap kali
dosa mengintai dan mau menyatakan otoritas atas hidup orang percaya, kita bisa
menolak dengan mengatakan "utang dosa sudah lunas dibayar dan penjara dosa
tidak berkuasa menawan aku". Setiap kali godaan datang agar kita menyerah
kembali kepada dosa, kita bisa menggunakan senjata ilahi yang diberikan Allah
kepada kita: iman, pengharapan, dan kasih.
Dengan
iman, kita menengok ke belakang kepada karya salib dan kebangkitan Kristus.
Dengan iman, kita diingatkan kembali saat karya tersebut diberlakukan atas
hidup kita. Apa yang Kristus telah lakukan pada masa lampau, dan yang telah
kita alami secara pribadi, menjadi pegangan dan jaminan bahwa sekarang ini
hidup kita adalah di dalam lingkup kasih dan kuasa Allah.
Bersama
dengan Paulus, kita bisa berkata, "Tak ada suatu hal pun yang dapat
memisahkan aku dari kasih Allah." (Roma 8:31-38).
Dengan
pengharapan, kita melihat ke masa depan. Kristus yang sudah bangkit dan sudah
menang terhadap kuasa dosa kelak akan datang menjemput setiap orang percaya
menikmati surga yang mulia yang disediakan bagi mereka (Yohanes 14:1-3). Saat
itu pasti akan datang, sepasti karya penyelamatan- Nya yang sudah terjadi.
Pada saat
itu, semua pergumulan hidup selesai. Perjuangan untuk bertahan bahkan menang
melawan pencobaan berakhir, diganti dengan persekutuan dan kebahagiaan kekal
bersama Allah Bapa dan Kristus.
Pengharapan
akan bertemu Kristus dan menikmati persekutuan kekal inilah yang membuat kita
fokus pada akhir perjalanan hidup kita, bukan pada hal-hal di dunia ini yang
mudah mengalihkan perhatian kita dan menjebak kita berputar-putar di tempat
(Ibrani 12:1-2).
Dengan
kasih, kita menjalani hari ini sebagai respons terhadap kasih dan kuasa-Nya
yang tidak berubah dulu, sekarang, dan sampai Kristus datang kembali. Kasih
Kristus yang sudah kita alami dan kuasa-Nya yang terus menopang kita, menjadi
daya pendorong yang tidak pernah bisa padam di dalam hidup kita.
Kasih ini
bagaikan mata air yang meluap-luap ke luar dari hati yang sudah dihidupkan oleh
hidup Kristus (Yohanes 4:14). Kasih ini kita wujudkan dengan menyaksikan
Kristus kepada sesama manusia agar mereka pun berjumpa dengan Kristus serta
mengalami kasih dan kuasa-Nya dalam hidup mereka.
Makna Kebangkitan Kristus
Rasul
Paulus, salah seorang pengikut Kristus yang sebelum bertobat menjadi
penantangnya bahkan membunuh orang-orang Kristen, menulis bahwa jika Kristus
tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kita (baca: 1Korintus 15:17).
Peristiwa kebangkitan tersebut sangat penting karena Kebangkitan Kristus:
Pertama, mengesahkan
bahwa Tuhan Yesus Kristus, adalah Allah yang tidak dapat ditaklukkan oleh maut,
bahkan maut telah dikalahkannya (baca Yohanes 11:25). Oleh karena itu,
barangsiapa yang percaya kepada-Nya sekalipun akan mengalami kematian jasmani,
namun akan tetap hidup dalam roh bersama Tuhan.
Kedua, menyatakan
bahwa iman umat Kristen didasarkan pada fakta sejarah dan bukanlah mitos (baca
1Korintus 15:3-8).
Ketiga, mengukuhkan
bahwa pernyataan Kristus yang mengatakan bahwa pada Hari yang Ketiga Ia akan
bangkit dari kematian. Inilah keunikan Kristus, yang tidak dimiliki penganjur
agama lainnya (baca Kisah Para Rasul 2:23-24).
Keempat, menunjukkan
bahwa penebusan Kristus di kayu salib untuk membenarkan orang berdosa sehingga
mereka bisa diterima oleh Allah Bapa (baca Roma 4:25).
Kelima, merupakan
inti Injil, tiada berita sukacita yang sempurna dan sejati bagi umat manusia
bila Kristus tidak dibangkitkan (baca 1Korintus 15:18-19).
Keenam, memungkinkan
umat manusia mengenal dan menemukan-Nya pada masa kini, karena Dia tetap hidup
(baca Wahyu 2:8).
Ketujuh, menjamin
kebangkitan orang-orang percaya di masa yang akan datang, karena Dialah buah
sulung kebangkitan (baca 1Korintus 15:20-22).
Kedelapan,
mengalahkan kuasa maut. Sekalipun masih ada keresahan dalam menghadapi
kematian, namun kita harus melenyapkan ketakutan terhadap apa yang akan terjadi
diseberang kematian tersebut (baca 1Korintus 15:55-56; Ibrani 2:14-15).
Kesembilan,
memberi kemenangan bagi orang-orang percaya, memperoleh kuasa ilahi untuk
mengalahkan kejahatan (baca Efesus 1:18-21).
Kesepuluh,
menjadi model bagi kebangkitan orang-orang percaya dengan tubuh yang mulia
dalam kehidupan yang tidak berkeputusan, kekal dan abadi (baca 1Korintus
15:35-44,49).
Kesebelas,
menegaskan akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, untuk membawa umat manusia
pada akhir sejarah (baca Kisah Para Rasul 17:31).
Keduabelas, mendorong orang-orang
percaya untuk tidak goyah dalam iman dan giat bekerja bagi kerajaan Allah,
mengabarkan Injil Keselamatan Tuhan Yesus Kristrus, karena mengetahui bahwa
semua jerih lelah tersebut tidak sia-sia (baca 1Korintus 15:58).
Tatkala murid-murid Tuhan Yesus dalam ketakutan yang hebat pada malam hari
Kebangkitan Tuhan, pada PASKAH Pertama, tiba-tiba Tuhan Yesus muncul di
tengah-tengah mereka dengan mengucapkan sebuah kalimat yang sungguh menjadi
dambaan umat manusia sepanjang sejarah: "Damai sejahtera bagi kamu!",
sambil menunjukkan telapak tangan-Nya yang bekas dipaku dan rusuk-Nya yang
telah ditusuk.
Rasul Yohanes kemudian melaporkan
bahwa murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan (baca Yohanes
20:19-20).
Di tengah dunia yang menakutkan ini -- penduduk dunia menghadapi ketidakpastian
ekonomi, sosial dan politik, serta makin merosotnya moral dan meningkatnya
kejahatan. Kiranya ucapan Tuhan Yesus: "Damai sejahtera bagi kamu!",
akan sungguh-sungguh memberi kita sukacita, karena mengetahui bahwa Tuhan yang
sudah mati dan bangkit itu, berkuasa atas sejarah manusia.
Dengan menyadari bahwa sebagai
manusia yang terdiri dari darah dan daging, kita masih dimungkinkan resah
menghadapi kenyataan yang tidak menggembirakan ini, marilah dengan iman kita
menghadapi kehidupan dan masa depan kita dengan penuh sukacita surgawi yaitu
sukacita yang melebihi akal.
Juga dengan penuh gairah seperti
para pengikut Tuhan di masa permulaan Gereja menyaksikan kasih dan penebusan
Kristus kepada mereka yang belum percaya, karena yakin bahwa segala kuasa di
bumi dan di surga telah diberikan kepada-Nya serta Dia pun berjanji untuk
senantiasa menyertai kita (baca Matius 28:18).
Semoga PASKAH tahun ini membawa
suatu perubahan radikal dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun pelayanan
kita, hingga nama Tuhan dimuliakan.
Pdt. Deserius Adii, S.Th adalah Gembala Jemaat Golgota, Irigasi Timika,
Papua. Ia juga adalah dosen di Sekolah Tinggi Teologia Walter Pos Kampus 4
Timika.
Sumber : http://majalahselangkah.com/
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentarnya sesuai dengan isi berita yang anda lihat dan baca..?