Ruben Magai |
Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Papua
(DPRP), Ruben Magai menilai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau
Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) dipersiapkan kelompok tertentu untuk
membuat kekacauan.
Maka menurut Ruben, anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) bukanlah KSB atau KKB.
“Sekarang sudah banyak bermunculan istilah yang dipakai kepada orang
Papua, ada yang KKB dan KSB. Kenapa dari nama OPM menjadi banyak?
Kelompok-kelompok ini sedang dipersiapkan oleh yang member mereka nama,”
kata Ruben kepada SULUH PAPUA belum lama ini di Kota Jayapura, Papua.
Menurut dia, OPM dibentuk untuk tujuan yang jelas. OPM adalah Tentara
Pembebasan Nasional (TPN) yang sedari dulu memperjuangkan kemerdekaan
Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Meskipun dengan cara-cara yang dianggap keras, dengan mengangkat
senjata, menurut Ruben, OPM dewasa ini menggunakan cara-cara diplomasi,
berintelek, bukan dengan pemberian nama kelompok orang-orang yang
membina itu.
“Kalau OPM ya tetap OPM yang berbicara mengenai ideology mereka,” katanya.
“Jadi, kalau OPM itu bertindak secara ideologis. Sedangkan kelompok
yang lain-lain yang sudah ditangkap ini hanyalah melakukan motif
ekonomis. Saya meminta untuk stop sudah cari makan di tanah ini dengan
cara-cara yang tidak betul,” kata Ruben Magai.
Ia mengatakan, OPM di Papua sekarang malah menggunakan cara yang berintelek, diplomatis, bukan menembak sana-sini.
“Mereka yang menjual amunisi dan senjata itu yang berbahaya bagi
Negara karena memperalat Negara. Merekalah yang merongrong negara ini.
Merekalah separatis yang sebenarnya,” katanya.
Ia meminta Kapolda Papua dan Pangdam XVII/Cenderawasih menindak tegas oknum TNI yang menjual 500 amunisi.
”Saya meminta agar semua otak dari Jakarta sana, sampai di Papua
hingga ke kempung tolong segara diproses dan menindak tegas oknum
anggota yang terlibat. Saya pikir Pangdam dan Kapolda segera bertangung
jawab kepada Negara atas perlakuan anggotanya karena mereka itulah
sebagai separatis yang merongrong negara ini,” ujarnya.
Puron Wenda: Pembakaran Alat Berat Bukan Kriminal, Itu Tuntutan Kami!
Kamis (29/1/2015), terjadi penembakan dua warga sipil di Popome, Lanny Jaya. Dua alat berat dibakar OTK.
Puron Wenda mengaku jika penembakan tersebut dilakukan pihaknya dan
itu bukanlah suatu tindakan kriminal. Namun menurut dia, itu murini
tuntutan kepada pemerintah Indonesia.
“Tanggapan Kapolda dengan Pangdam bahwa itu tindakan kriminal yang
kami buat itu tidak betul. Itu kami tuntut agar jangan membuka
jalan-jalan tembus yang ada tempat-tempat OPM dan itu aksi pagar yang
kami buat,” kata Puron Wenda kepada SULUH PAPUA, Sabtu (31/1/2015).
Selain tuntutan melarang pembukaan jalan-jalan yang dianggap
menganggu ketenangan markas dari TPN-OPM, Puron juga menuntut agar
segera dilakukan dialog menuju referendum.
Karena itu, kata dia, pembangunan untuk kemajuan kota sebaiknya dihentikan sebelum adanya dialog.
“Kami minta dan tuntut agar pembangunan bentuk apapun di Papua
berhenti. Harus dialog menuju referendum dilaksankan dulu, dan kami
minta semua tahanan-tahanan politik harus dibebaskan, karena kalau tidak
dibebaskan kami akan lakukan perang revolusi,” tegas Puron.
Lebih jauh dirinya mengatakan, adanya alasan penangkapan terhadap Rois Wenda merupakan ‘permainan’ dari aparat keamanan sendiri.
“Itu amunisi yang lima ratus butir ada jual dikios ka atau toko mana.
TNI-Polri yang jual kemudian sudah bayar uang sudah terima ditangan
TNI-Polri baru balik tangkap lagi, ini permainan semua ni omong kosong,”
ungkap Puron.
sumber : http://suluhpapua.com/
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentarnya sesuai dengan isi berita yang anda lihat dan baca..?